PSSI, Garuda Indonesia Airways dan Liga Primer Indonesia

liga_primer_indonesia

Jika semua berjalan dengan lancar dan mulus, maka tanggal 8 Januari 2011, satu liga baru akan digelar di Indonesia, yaitu Liga Primer Indonesia (LPI). Liga yang digagas oleh Arifin Panigoro ini, banyak mendapatkan kecaman dari para pengurus PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia). Mulai dari menyebutkan LPI ilegal sampai mengatakan LPI adalah banci. Malah menggunakan segala macam ancaman. C’mon PSSI, ini bukan era Orde Baru, dimana anda bisa menggunakan kekuasaan untuk mengancam sana sini. Saat ini era keterbukaan , era kompetisi. Yang saya lihat pengurus PSSI seperti kebakaran jenggot karena takut/khawatir dengan kompetisi.

Kenapa demikian?

Begini, kalau satu perusahaan sudah sedemikian lamanya menikmati lezatnya kue bernama ‘monopoli’ maka bisa jadi akan terlena. Dan jika satu saat muncul kompetitor, mereka pasti akan terusik, terganggu. Padahal kompetitor dimanapun, kapanpun dibutuhkan, sebagai sparring partner. Tinggal bagaimana menyikapinya. Betul? betul, betul betul….

Kita ambil contoh.

Pada saat saya masih kecil, pesawat terbang yang saya kenal hanyalah Garuda Indonesia Airways. Kalau boleh disebut, dulu itu Garuda Indonesia memonopoli jasa angkutan udara di Indonesia. Mau tau jeleknya monopoli ini? Kalau pesawatnya delay, entah itu satu jam, dua jam atau lebih, maka penumpang harus menerima dengan mengelus dada (bukan lapang dada). Nrimo tanpa boleh protes. Boro-boro dikasih makanan/snack penghibur. Ada pengumuman delay aja sudah mending. Bagi Garuda Indonesia (waktu itu): “memang kalau kami telat sekian jam, kalian mau terbang sama Gatotkoco?”. Penumpang tidak punya pilihan (option), maka mau tidak mau, harus menerima.

Lalu tibalah saatnya era open sky. Keterbukaan. Persaingan bebas. Perusahaan-perusahaan swasta diizinkan untuk menguji nyali nyemplung ke dunia bisnis penerbangan Indonesia. Kompetitor muncul, otomatis terciptalah kompetisi. Apakah pihak Garuda Indonesia mengecam (seperti layaknya PSSI) dengan mengatakan: woiii, Lion Air, woiii Batavia Air, woooiiii AirAsia, ….kalian ini ilegal, kalian ini banci???

Apakah demikian? Tidak. Sekali lagi TIDAK.

Pihak Garuda Indonesia lebih melihat dari sisi positipnya (apa karena di Garuda Indonesia banyak yang berpikir positip, sedangkan di PSSI tidak ya?). Ini saatnya kita bertanding. Kalau dulu seng ada lawan, sekarang kita harus ‘berlatih’, koreksi diri.  Dan lakukan analisa dasar, misal analisa SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities and Threats). Apakah gampang? Tentu tidak. Perlahan tapi pasti, Garuda Indonesia berhasil memperbaiki citra dirinya. Bahkan beberapa kali mendapatkan Award, contohnya Airline Turnaround of the Year Award di tahun 2010. Juga dibuktikan saat ini, walaupun harga tiketnya (cukup) mahal, tapi karena dari sisi kualitas dinilai bagus, tetap saja banyak peminatnya.

Itu hanya salah satu contoh dari sikap positip Garuda Indonesia Airways dalam menghadapi kompetisi. Contoh lain, yang kurang lebih mirip, PERTAMINA.

Lalu kenapa PSSI tidak bisa atau tidak mau? Coba lihat, dari mulai berdiri di tahun 1930 sampai sekarang, saya nilai PSSI belum bisa dikelola secara profesional. Sumber pendanaan aja, masih mengandalkan APBD. Mau tau berapa besar dana APBD yang disedot sama PSSI? Saya kutip dari tulisan Yesayas Oktavianus: “Dengan asumsi, setiap klub ISL mendapat Rp 20 miliar dan klub Divisi Utama Rp 10 miliar, berarti tiap tahun mereka (PSSI) menghabiskan Rp 720 miliar.

Satu jumlah yang luar biasa besar. Dan harap dicatat, itu adalah uang rakyat. Kemana aja uang ini selama ini. Kalau kita bicara prestasi, halah…NOL besar. Kalau bicara sudah profesional, seharusnya tidak mengandalkan dana APBD. Gimana mau ngomong profesional, mengelola penjualanan tiket di Piala AFF 2010 lalu aja tidak mampu. Amburadul.

Sudahlah PSSI. Tirulah cara dan sikap Garuda Indonesia Airways. Segera lakukan analisa S.W.O.T tanpa S.E.W.O.T!! Jangan takut dengan kompetisi. Kompetisi yang sehat cenderung melahirkan produk yang baik dan bermutu. Biarkan saja Liga Primer Indonesia bergulir. Biarkan rakyat Indonesia yang menilai. Biarkan waktu yang bicara. Anda perbaiki saja citra anda, tanpa menjelek-jelekan LPI. Jangan gunakan senjata ancaman itu. Sudah tidak zaman dan tidak laku. Kami – rakyat Indonesia -  berhak menikmati pilihan (option) tontonan sepak bola yang bermutu, liga yang bermutu dan yang menghasilkan prestasi sepakbola tidak hanya di Indonesia, atau Asia tapi dunia.

<< Menyesal kalau tidak baca yang ini >>

TELANJANG di Google BODY Browser

Pekerjaan paling BERBAHAYA di dunia, siapa berani?

gambar: google.com

2 komentar:

Kian said...

Setuju sob... kita beranjak dari sebuah kemajuan bersama.. paling nggak pihak PSSI bisa merangkul terlebih dahulu pihak LPI..

Kita saat ini tidak perlu menutup mata mengenai sistem liga super indonesia, dimana banyak sekali kebobrokan disana sini, sistem pertandingan yg semrawut, sarana prasarana yg sangat jauh dari kata profesional liga..

kita sudah saatnya berbenah, kl perlu revolusi seluruh isi PSSI.. Timnas sudah sangat baik grafik perkembangannya, PSSI pun sudah seharusnya membaik grafik pengelolaannya...

Malaysia adalah salah satu contoh sukses mengelola sepakbola tanah air mereka..kenapa tidak kita contoh...

jangan mikirin perut sendiri..!!! ya gak

Dunia Informasi | Komunitas Blogger Mandau said...

PSSI menyatakan bahwa kompetisi LPI adalah ilegal krna melanggar peraturan ke olahragaan , tapi PSSI juga melanggar peraturan FIFA mengenai pedoman dasar .

begitulah PSSI kalau masih di pimpin oleh mafia-mafia koruptor .