Pelabuhan Internasional Belawan, Medan, menjadi sorotan pengguna jasa selama lima bulan terakhir karena pelayanan bongkar muat peti kemasi di pelabuhan terhambat akibat terbatasnya sarana dan peralatan. Dampaknya, pengguna jasa pelabuhan menanggung biaya parkir peti kemas lebih besar.
"Kemampuan pelayanan UTPK (Unit Terminal Peti Kemas) Belawan terbatas, sedangkan pertumbuhan volume peri kemas terus meningkat. Saat ini, banyak peti kemas yang terhambat di lapangan penumpukan karena kurangnya sarana," tutur Wakil Ketua Bidang Kepelabuhan dan Kepabeanan Gafeksi (Gabungan Forwarder dan Ekspedisi Indonesia) Sumut Wiluyo Hartono, Senin (7/7) di Medan.
Menurut Wiluyo, tidak ada jalan keluar dari persoalan ini kecuali menambah peralatan, memperluas dermaga, dan memperluas lapangan penumpukan. Sayangnya upaya ini tidak berjalan linier dengan laju peningkatan volume peti kemas.
Belakangan, pertumbuhan keluar masuk peti kemas di UTPK Belawan mencapai lima persen setiap bulan, sedangkan peningkatan pelayanan, tuturnya, nyaris berjalan di tempat.
"Kami minta solusi agar pelayanan sebanding dengan biaya yang telah kami keluarkan untuk jasa pelabuhan," katanya.
Selam terlambatnya pelayanan di UTPK, tarif bongkar muat dan parkir peti kemas tidak ada perubahan. Tarif parkir untuk peti kemas impor ukuran 20 kaki Rp. 400.000 per hari.
Adapun tarif peti kemas ekspor 20 kaki Rp. 250.000 per hari. Untuk peti kemas ukuran 40 kaki tarifnya dua kali lipat dari peti kemas tarif ukuran 20 kaki.
Senin siang, pengguna jasa pelabuhan yang tergabung dalam Gafeksi Sumut mempertanyakan persoalan itu kepada pengelola UTPK Belawan. Menurut panitia pertemuan, acara itu berlangsung tertutup atas permintaan pengelola UTPK Belawan.
Dalam pertemuan itu juga hadir sejumlah asosiasi pengguna jasa pelabuhan. Salah satunya adalah Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sumut. Namun, Ketua GPEI Sumut BP Rambe tidak bersedia memberikan komentar saat ditanya wartawan.
Manajer Umum UTPK Belawan Syahputera Sembiring mengakui adanya lonjakan volume peti kemas belakangan ini. Biasanya, rata-rata volume keluar masuk peti kemas di UTPK Belawan sebesar 25.000 tewty-feet equivalent units (TEUs) sampai 27.000 TEUs.
Kini, volume keluar masuk peti kemas mencapai 31.000 TEUs. Lonjakan sebesar ini, tutur Syahputera, di luar perkiraannya sebelumnya. "Kami tidak ada persiapan untuk melayani volume sebanyak seperti yang terjadi saat ini," ujar Syahputera. (Catatan dari saya : inilah gambaran umum kinerja orang Indonesia, yang belum biasa untuk mengantisipasi perubahan tapi sudah sangat terbiasa untuk 'mengantisipasi ' tata cara pengaturan korupsi...Sepertinya Indonesia sudah hampir masuk negara gagal....)
Sumber : Kompas, Selasa, 8 Juli 2008
0 komentar:
Post a Comment