Wahana Bersama Globalindo dan Bunga Tinggi Yang Menjerumuskan

SUDAH tahu tawaran investasi berbunga tinggi sarat risiko, toh masyarakat tidak pernah kapok. Ketika PT Wahana Bersama Globalindo (WBG) menawari investasi dolar berbunga 24%-28% per tahun, orang pun ramai-ramai ”menubruknya”.

Siapa yang tidak tergiur, simpanan berbunga dolar di bank umum saat ini hanya berbunga 4% per tahun. Di samping return yang tinggi, investor juga tidak perlu pusing memikirkan masalah pajak. Sebab, dana milik investor tadi oleh manajer investasi akan diputar pada sejumlah surat berharga di luar negeri. Oleh sebab itu, produk tersebut jadi bebas pajak. Tapi, ya, itu tadi, seperti yang sudah-sudah, WBG pun pada akhirnya kelimpungan membayar bunga tinggi tersebut. Alhasil, nasabah pun harus gigit jari.

Awalnya, WBG yang telah beroperasi selama 10 tahun memang bisa memenuhi janjinya. Tapi, lama kelamaan, perusahaan yang berkantor pusat di gedung Bank Rakyat Indonesia II, lantai 18, Jakarta Selatan, itu pun kelabakan sendiri. Sampai-sampai biaya sewa kantor pun tak mampu dipenuhinya. Apa boleh buat, begitu masa sewanya berakhir, pihak pengelola gedung terpaksa menutup kantor tersebut. Penutupan berlanjut ke seluruh kantor cabang WBG yang tersebar di Bandung, Surabaya, Semarang, Yogya, Bali, Medan, dan Makassar.

Melihat ketidakberesan itu, nasabah menjadi panik. Kamis pekan lalu, mantan staf pemasaran perusahaan itu, Syuraida Syukur (yang mewakili 102 investor asal Bandung) mengadukan Presiden Direktur WBG, Krisno Abiyanto Soekarno, ke Mabes Polri. Kerugian mereka mencapai US$ 3,5 juta, setara dengan Rp 31,5 miliar. ”Ini baru sebagian dari investor yang ada di Bandung, yang totalnya mencapai sekitar 3 ribuan,” tutur Lukas Budiono, kuasa hukum para pelapor. Total jenderal, kerugian nasabah yang bertebaran di seluruh kantor cabang WBG ditaksir mencapai US$ 319 juta atau sekitar Rp 2,87 triliun (US$ 1 = Rp 9000). Menurut Syuraida, Krisno telah melakukan tindak pidana penipuan, penggelapan, serta pelanggaran UU Perbankan dan UU Pasar Modal.

Sekadar informasi, kendati memasarkan produk mutual fund, WBG sebenarnya hanya mengantongi izin dari Departemen Perdagangan. Jejak rekamnya tak akan pernah muncul di Bapepam, otoritas tertinggi dari pasar modal kita.

Gelagat buruk dalam pengelolaan keuangan investor itu sudah bisa dirasakan Guntur Nugroho, 30 tahun (salah satu investor dari Bandung), sejak awal tahun ini. Pasalnya, yield atau pembagian keuntungan (bunga) yang tiap bulan masuk sebesar US$ 100 melalui transfer, sejak Agustus 2006 lalu tidak bisa lagi dinikmatinya. Padahal, si WBG, ia menanam duit sebesar US$ 5 ribu (sekitar Rp 45 juta). Guntur kepincut beternak duit di WBG lantaran iming-iming bunganya mencapai 2% per tahun. Jelas, iming-iming tadi lebih menarik dibanding bunga 9% per tahun yang berlaku di perbankan nasional. Sederet nama beken pengusaha, artis, anggota dewan, pejabat daerah, bahkan kerabat Wakil Presiden, juga menjadi korban.

Dalam menjalankan bisnis investasi ini, kata Lukas, WBG menawarkan dua jenis produk: Global Mutual Fund dan Portfolio Management. Khusus produk yang terakhir, ada dua macam pilihan, Strategic Portfolio Management Scheme (Sportmans) dan Global Market Portfolio (GMP). Seperti yang sudah disebutkan, dana-dana milik nasabah yang konon diinvestasikan di Dressel Investment Limited, Hong Kong, menjanjikan bunga yang cukup menggiurkan. Bunga 24% per tahun untuk Sportmans dan 28% per tahun untuk GMP. Untuk produk Sportmans, minimal harga per unitnya sebesar US$ 5.000. Sedangkan untuk produk GMP, harga per unitnya adalah US$ 10 ribu (sekitar Rp 90 juta).Untuk itu, Lukas mendesak kepolisian untuk segera menyita dan memblokir semua aset WBG, termasuk juga aset milik direksi dan komisaris. Selain itu, Lukas juga sudah melayangkan surat kepada Dubes AS dan Inggris untuk menelusuri usaha dan aset Dressel.

WBG INGIN KUASAI DANA INVESTOR

Collapse yang terjadi di perusahaan berlogo sayap mengepak ini, menurut Syuraida Syukur, disebabkan oleh ambisi Krisno Abiyanto Soekarno yang ingin menguasai dana investor. Adapun akarnya, ungkapnya, berawal pada Februari 2004, yakni saat Krisno melansir kebijakan untuk menyatukan WBG secara nasional. Sehingga, WBG Jakarta mempunyai lima cabang yang meliputi Malang, Bali, Medan, Manado, dan Makassar. Sementara WBG Surabaya mempunyai tiga cabang yakni, Semarang, Yogya, dan Solo. Sedangkan WBG Bandung tidak pernah mempunyai cabang.

Dalam kampanye penyatuan WBG Bersatu itu, secara langsung, jajaran direksi WBG Pusat (JKT) memerintahkan kepada cabang agar tidak bergantung lagi pada Dressel. Memang, sejak terbentuknya kantor pusat WBG di Jakarta, pihak Dressel selalu menempatkan orangnya di setiap cabang. Untuk WBG Jakarta, misalnya, ditempatkan Steven Tse. Lalu, untuk WBG Bandung yang dibuka pada 1 Juli 2002, ditunjuk Alice Lum sebagai pengawas arus keuangan dari investor ke Dressel atau sebaliknya. Sedangkan untuk WBG Surabaya, pengawasannya dipercayakan kepada Luis Garza Galindo. Tentu saja kebijakan menghilangkan perwakilan Dressel ini banyak ditentang oleh sejumlah cabang karena rawan dengan tindak pidana.

Selain di Hong Kong, Dressel selama ini juga sudah memiliki portofolio di Afrika Selatan, Amerika Serikat, Indonesia, Rusia, Australia, Kanada, Peru, Cina, Ghana, dan Papua New Guinea. Berdasarkan keterangan dalam brosur penawaran WBG, disebutkan bahwa dana investor akan diinvestasikan pada sejumlah instrumen di pasar uang, saham, dan surat berharga di seluruh dunia. Sayang, komposisi penempatan dananya tidak jelas.

Ambisi Krisno untuk menguasai dana investor kian menggumpal pada perayaan ulang tahun WBG yang ke-9 (17 Februari 2006). Dalam paparannya, Krisno menargetkan bahwa pada tahun 2007 mendatang semua WBG harus berada di bawah naungan kantor pusat. Artinya, dana investasi nasabah tidak perlu langsung dikirimkan ke Dressel, melainkan mampir dulu ke rekening WBG. Padahal, sesuai kontrak perjanjian, WBG merupakan agen pemasaran (marketing agent) bagi Dressel Investment Ltd. yang berkedudukan sebagai badan hukum dan terdaftar di kawasan British Virgin Island, Inggris. Kantor pusat Dressel sendiri terletak di Seattle, Washington, Amerika Serikat.

Sampai sejauh ini, menurut Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol. Sisno Adiwinoto, sudah dilakukan proses penyidikan dan penahanan terhadap sejumlah pihak-pihak yang bertanggung jawab. Mereka adalah dua direksi WBG Kantor Pusat, yakni Ganang Rindarko (Direktur Keuangan) dan Paimin Landung (Direktur Operasi). Mereka ditahan di Polda Metro Jaya. Sementara pemimpin WBG cabang Semarang, Marlohot Harahap, dan pemimpin WBG Cabang Makassar, Tjandra Yogianto, meringkuk di sel tahanan polda setempat. Akan halnya Krisno Abiyanto Soekarno, sampai saat ini ia masih dinyatakan buron.

Tak lupa, Sisno juga mengimbau agar masyarakat tak mudah terbujuk oleh iming-iming yang sangat menggiurkan. Sebab, menurutnya, permainan money game yang dilakukan WBG tak lebih dari perjudian. ”Enggak ada iming-iming bunga tinggi yang melebihi bunga bank,” tuturnya.

Diposting oleh "suherman" suherman_com at yahoo dot com, tanggal 26 Juli 2007.

2 komentar:

Unknown said...

Mega yang dulu bertamu ke tempatku mana ya ?

Unknown said...

Ada yang bernama MEGA nggak yah