“Dulu modal saya untuk jadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat itu Rp. 187 juta. Enam bulan pertama sudah BEP, break even point.”
Sembari makan siang di kantin, seorang anggota Dewan menceritakan pengalamannya secara blak-blakan kepada wartawan. Dia juga menceritakan bagaimana praktik-praktik politik uang yang terjadi di DPR yang tidak bisa diceritakan dalam tulisan ini. Karena itu, dia termasuk yang tidak setuju dengan berbagai kebijakan anggaran di DPR yang arahnya terus menguras uang negara demi mempertebal ”kantong” anggota Dewan. Dia merasa berbagai fasilitas yang selama ini dia terima sudah lebih dari cukup. Pemberian insentif legislasi Rp 1 juta ke semua anggota Dewan yang tidak terlibat dalam pembahasan setiap kali pengesahan rancangan undang-undang, menurut dia, salah satu kebijakan yang tidak tepat.
Seorang anggota Dewan lain secara blak-blakan menunjukkan seluruh catatan penghasilan yang dia terima dari negara selama dua tahun terakhir. Dari catatan itu diketahui, penerimaan anggota DPR terbagi menjadi tiga kategori.
”Ibarat minum air, ada yang merasa cukup, ada juga yang malah semakin haus,” ucapnya sambil tertawa.
Idealisme 550 anggota DPR yang duduk di Senayan memang beragam. Mereka tidak bisa begitu saja digeneralisasi. Terkait pemberian insentif legislasi Rp 1 juta saja, misalnya, ada fraksi yang menolak dan ada fraksi yang menerima dengan sejumlah alasan. Anggota yang memiliki idealisme seperti tadi sesungguhnya tak hanya satu, dua. Namun, karena jumlahnya kalah banyak, suara mereka sering kali tertelan. Seorang anggota Dewan yang dulu bergelut di dunia akademisi dan sekarang terjun ke politik praktis malah mengaku sempat juga terkena getahnya. Saat dia ke kampus, rekannya menyesalkan dirinya terjun ke dunia politik praktis karena menjadi ikut ”kotor”.
Menilai anggota DPR seluruhnya ”kotor” tentu tak tepat karena pada kenyataannya ada juga yang berusaha untuk ”bersih” di tengah kekeruhan. Yang perlu dilakukan adalah memberikan dukungan kepada mereka yang bersih agar mereka tak tercemar, tetapi malah membawa warna jernih. DPR yang bersih akan membawa pemerintahan juga menjadi bersih karena salah satu fungsi DPR adalah bidang pengawasan. Anggaran di eksekutif juga beratus-ratus kali lipat anggaran di DPR. Siapakah anggota DPR yang perlu didukung itu? Tentunya, mereka yang bisa merasakan cukup dan lebih memprioritaskan orang yang kerongkongannya kering karena dahaga.
Sumber : Kompas
2 komentar:
Hwakakakak...
Saya pikir bisnis investasi apa nih? Lah kok jadi anggota DPR..hehe...
Saya di pemilu dulu juga diminta supaya mau dicalonkan jadi anggota legislatif DPRD, tapi saya menolak halus, karena saya nggak bisa berpikir secara politik...hwakakak.
Saya itu berpikirnya apa adanya, nggak bisa berputar-putar spt anggota Dewan itu...
Tapi kalau dihitung bisnis yaa lumayan juga ya, Mas Budi...hehe..
Enak juga jadi anggota Dewan.
Ok, semoga semakin sukses terus!
Salam Luar Biasa Prima!
wah, sayang ya..padahal kalo dulu Mas Wuryanano, jadi anggota DPRD pasti BEPnya ga 6 bulan, pasti 3 bulan udah BEP...hahahaha...
kayaknya emang enak jadi anggota DPR, wong ga aktif aja, bisa dapet Rp. 760-an juta setahun...weleh-weleh...
Salam sukses juga Mas...
Post a Comment