Keutamaan Sedekah
Apa sebenarnya keutamaan sedekah? Menurut Rasulullah SAW, ada empat keutamaan.
Pertama, sedekah justru mengundang rezeki. Semakin banyak bersedekah, semakin banyak rezeki melimpah. “Tidak akan berkurang rezeki orang yang bersedekah, kecuali bertambah, bertambah, dan bertambah”, sabda Rasulullah.
Kedua, sedekah bisa menyembuhkan penyakit. Karena sedekah dapat membersihkan hati dan pikiran, dampaknya secara psikologis dapat pula membantu penyembuhan, berkat ridha Allah SWT. Selain itu, Allah menjanjikan melipatgandakan ganjaran sedekah hingga 700 kali lipat. Dengan bersedekah Rp.100.000,- misalnya, bukan tak mungkin akan kembali Rp.70.000.000. Dan dengan uang itulah si sakit membiayi proses penyembuhannya.
Ketiga, sedekah dapat menolak bala, menahan musibah, menghilangkan kesulitan. Sabda Rasulullah, “Jika seseorang ingin dihilangkan kesulitannya, diringankan bebannya, ditolong atas semua permasalahannya, dia harus membantu mereka yang lebih susah, lebih menderita, lebih bermasalah. Dan bersedekah merupakan upaya terbaik untuk membantu orang lain.” Sabda Rasulullah SAW lagi, “Bersegeralah bersedekah. Sebab, musibah dan bencana tidak bisa mendahului sedekah.”
Keempat, sedekah dapat memanjangkan umur. Dengan bersedekah, kehidupan kita akan dipenuhi kebajikan. Selalu tumbuh kepuasan batin dan merasa lebih berbahagia, karena dapat membantu orang lain, dan semakin dicintai para sahabat. Dengan kebajikan, hidup menjadi lebih berkualitas.
Alkisah, pada 2003, seorang pedagang bubur ayam di
Karena memang berniat baik, dan gemar membagikan bubur ayam kepada fakir miskin, Allah berkehendak menolongnya. Tak lama kemudian, tak disangka-sangka, ia memenangkan program undian berhadiah mobil mewah seharga hampir Rp.500 juta di Bank Mandiri tempat ia menabung. Karena tak sanggup membayar pajak, mobil itu ia jual kepada seorang hartawan.
Ajaib, mobil tersebut di beli dengan harga setengah miliar rupiah. Berarti Allah melipatgandakan tabungannya hingga 100 kali lipat. Walhasil, bukan hanya sang ibu tercinta yang pergi haji, si tukang bubur beserta istrinya pun berziarah ke Tanah Suci. Dan pulangnya menjadi tukang bubur yang kaya raya.
Kisah berikut mengenai seorang pedagang yang punya utang Rp.30 juta. Suatu hari ia dianjurkan oleh seorang ustad untuk bersedekah, padahal ia tak punya apa-apa lagi. Sang ustadz malah menganjurkan menjual satu-satunya harta yang masih dimilikinya, sebuah motor vespa, dan uangnya disedekahkan. Si pedagang menuruti nasihat itu. Baru saja berniat hendak menjual vespa, abangnya di swiss mengirim SMS, mengabarkan baru saja mentransfer uang Rp.30 juta.
Seorang insinyur punya utang Rp.2 milliar. Ia bingung. Suatu hari ia menemui seorang ustadz, dan ia dianjurkan untuk bersedekah. Padahal, ia sudah tidak punya apa-apa lagi. Namun ustadz itu melihat, ia masih punya sebuah arloji yang bisa dijual dan uangnya disedekahkan. Insinyur itu pun menurut, menyedekahkan satu-satunya arloji yang ia beli di Singapura senilai $S 3.000 (27 juta) itu dengan ikhlas.
Tiga hari kemudian, ia mendapat proyek pembangunan senilai Rp. 5 miliar dan dibayar kontan di muka. Padahal, pembayaran lazimnya dilakukan setelah proyek selesai. Akhirnya, ia bisa melunasi utangnya yang Rp.2 milliar, dan menyedekahkan lagi uang sebanyak 1 miliar.
Kisah seorang sopir di bawah ini juga menarik. Ia tidak bisa membiayai hidup keluarganya hanya dengan gaji Rp.800.000. Maklum, ia harus menanggung satu istri dan lima anak. Suatu hari ia menceritakan kesulitan hidupnya kepada seorang ustadz.
Sang ustadz balik bertanya, “Bapak sudah bersyukur belum?”
Sopir itu menjawab sudah bersyukur, karena masih bisa bekerja. “Sebenarnya saya tidak ingin mengeluh, tapi kebutuhan saya tidak tercukupi, apalagi anak-anak bertambah besar”, katanya.
Menanggapi keluhan itu, sang ustadz menjelaskan, jika rasa syukur tidak diwujudkan dengan berbagi, bersedekah, belum menghasilkan perubahan. Karena itu ia menyarankan agar pak sopir bersedekah.
Mendengar penjelasan tersebut si sopir berkata, “Bagaimana mungkin bersedekah, uang yang ada saja masih kurang.”
Dengan tenang ustadz itu menjawab, “Lebih baik Bapak coba dulu, keluarkanlah sedekah. Inya Allah, Allah SWT akan mencukupi kebutuhan Bapak.”
Tak lama kemudian sopir itu menyedekahkan Rp.100 ribu. Seminggu kemudian, ia diajak majikannya ke luar kota untuk urusan bisnis. Ternyata bisnis majikannya sukses, dan sopir itu mendapat bagian Rp.1 juta.
Masih ada kisah mengenai keberkahan sedekah yang dialami seseorang marbot masjid. Ketika ia sedang asyik membersihkan masjid, tiba-tiba datang seorang ibu minta uang Rp.10 ribu untuk ongkos pulang. Si marbot punya Rp.15 ribu, dan langsung menyerahkannya kepada ibu yang sangat membutuhkan itu. Seminggu kemudian, ia mendapatkan sumbangan uang dari para jamaah, khusus untuk si marbot. Setelah dihitung, jumlahnya mencapai Rp.1.5 juta.
Sekitar tahun 1980, seorang pedagang gorengan di jakarta, selama tiga hari melihat seorang bocah laki-laki lusuh berlalu-lalang dengan wajah sedih di depan gerobak dagangannya. Dia tahu, anak itu menginginkan sepotong-dua potong gorengannya secara gratis. Karena tidak berani minta, ia hanya memandang gerobak gorengan itu dari kejauhan.
Pada hari keempat, pedagang gorengan itu menyisakan sepotong buntut singkong goreng yang biasanya tidak dijual. Dipanggilnya bocah itu sambil mengacung-acungkan sepotong singkong kecil itu. Tak menunggu lama, si bocah lansung berlari menyambar singkong itu seraya berucap, “Terima kasih, bang.” Matanya berbinar, tapi senyumnya terkembang.
Dua puluh empat tahun kemudian, tukang gorengan itu masih berjualan di tempat yang sama. Suatu hari sebuah mobil mewah berhenti di depan gerobaknya yang diparkir di tengah perkampungan kumuh. Penumpangnya, seorang pria muda berpenampilan wah, menghampiri pedagang gorengan itu. Ketika berhadapan, si pedagang gorengan seperti tak peduli. Tapi ia bingung ketika si pemuda perlente itu mendadak berucap, “Bang, ada buntut singkong?”
“Kagak ada, Mas! Buntut singkong mah dibuang. Kenapa kagak beli yang lain aja? Noh, ada pisang sama singkong goreng”, ujar si pedagang gorengan itu.
“Saya kangen ama buntut singkongnya, Bang. Dulu, Abang
“Dulu, ketika saya masih kecil, dan ayah saya baru saja wafat, tidak ada yang membiayai hidup saya. Temen-temen mengejek karena saya tidak bisa jajan. Selama empat hari saya berlalu-lalang di depan gerobak Abang ini, sampai Abang memanggil saya memberi sepotong buntut singkong goreng yang langsung saya sambar,” tuturnya.
Si pedagang gorengan terperangah. Dia tidak mengira sepotong buntut singkong, yang biasanya dibuang, bisa membuat pemuda itu mendatanginya dengan keadaan yang benar-benar berbeda. Si pedagang akhirnya ingat pada wajah yang pernah dikenalnya 24 tahun silam. “Yang saya beri dulu kan cuma buntut singkong. Kenapa kamu masih ingat sama saya?” tanya pedagang itu penasaran.
“Abang tidak sekadar memberi saya buntut singkong, tapi juga kebahagiaan,” papar si pemuda itu, lalu bercerita bahwa sesaat setelah menyambar singkong itu dia langsung memamerkannya kepada teman-temannya, ingin membuktikan bahwa dia masih bisa jajan. Sesuatu yang dianggap remeh, tapi baginya itu membuatnya sangat bahagia sehingga ia berjanji suatu saat akan membalas budi baik pedagang gorengan itu.
“Saya mungkin tidak bisa membalas budi baik Abang. Tapi, saya ingin memberangkatkan Abang berhaji. Semoga Abang bahagia”, ujar si pemuda. Pedagang gorengan itu hampir-hampir tidak percaya. Dua puluh empat tahun silam ia telah membahagiakan seorang anak yatim. Maka Allah pun membalas amal shalihnya itu, sebab ayahanda semua anak yatim adalah Rasulullah SAW.
Ia mengumpulkan delapan bayi yatim yang masih merah, merawatnya dan mendidiknya dengan penuh kasih sayang. Ketika saat-saat terakhirnya (menurut perkiraan dokter) sudah tiba, anehnya ia justru lebih sehat. Bahkan sampai kini ia masih hidup. Malah, antara lain, ia menjadi ketua grup senam beranggotakan 2.000 orang. Bayi-bayi yang dirawatnya pun sudah dewasa, bahkan sudah ada yang menikah. Allahu akbar!
Percaya atau tidak, sedekah ternyata juga dapat mempermudah seseorang mendapatkan jodoh. Ini kisah tentang seorang wanita berusia 30-an tahun yang sulit mendapat jodoh, tapi tiba-tiba dilamar empat pria. Sebagai muslimah yang baik, ia berserah diri kepada Allah SWT, dan satu-satunya tempat curhat adalah kakeknya. Sang kakek pun menyarankan agar ia rajin bersedekah.
Ia lalu datang ke sebuah masjid yang sedang dalam tahap pembangunan, minta perincian harga empat macam bahan material yang sedang dibutuhkan oleh panitia pembangunan. Maka ia pun menyerahkan uang sejumlah harga untuk membeli bahan material yang dibutuhkan. Beberapa waktu setelah itu, datanglah seorang duda berniat mempersuntingnya, tapi ayahnya tidak setuju.
Di hari yang lain bertandanglah seorang pemasok berbagai jenis barang, juga berniat untuk melamarnya, tapi kali ini ibunya tidak setuju.
Tak lama kemudian, datanglah seorang pria ingin mempersuntingnya, tetapi keburu pria itu dijodohkan dengan sepupunya, hingga urunglah niatnya untuk melamar si wanita idaman.
Di lain waktu, ia diperkenalkan dengan seorang pemuda dalam sebuah acara di masjid. Hari demi hari berlalu, hubungan mereka semakin dekat, dan si pemuda pun bermaksud melamarnya. Agar hati lebih mantap, wanita itu menunaikan shalat Istikharah, mohon petunjuk kepada Allah SWT. Kemudian ia bermimpi melihat matahari terbit, dan ternyata pemuda itulah jodohnya.
Lihatlah isyarat yang semula tak tampak tapi belakangan kelihatan jelas, empat macam sumbangan untuk pembangunan masjid agaknya isyarat empat pria yang datang melamar. Namun, sang wanita tetap menyerahkan pilihannya kepada Allah, Sang Pemberi Jodoh. Dan mimpi tentang matahari terbit itu ternyata jadi kenyataan: calon suami wanita itu bernama Syamsul Falah, si matahari kemenangan.
Jangan heran jika sedekah juga mampu mengembalikan suami yang hilang. Suatu hari, seorang ibu menerima kabar bahwa suaminya mengalami kecelakaan, dan ia harus membayar biaya perawatan sampai puluhan juta rupiah. Padahal ia tak punya harta yang nilainya sebanyak itu.Tapi, ketika ia menjenguk ke rumah sakit, ternyata suaminya raib. Setahun sudah suaminya hilang.
Suatu hari ibu tersebut mengadukan halnya kepada seorang ustadz, yang menyarankannya untuk bersedekah. Tapi, si ibu bilang tak punya harta apa-apa, dan untuk makan saja sulit.Tiba-tiba, ustadz itu melihat sebentuk cincin yang melingkar di jari manisnya. “Cincin itu juga bisa disedekahkan” , ujar ustadz itu.
“Tidak mungkin. Ini satu-satunya benda peninggalan suami saya,” katanya.
“Lho, justru itu. Nilai sedekah akan sangat tinggi bila yang disedekahkan adalah benda yang sangat dicintai,” kata ustadz itu lagi. Akhirnya, ia menjual cincin tersebut dan menyedekahkannya ke sebuah yayasan yatim piatu. Setelah itu, dengan langkah ringan ia pun pulang. Dari kejauhan rumahnya tampak sepi. Biasanya setiap sore anak-anaknya bermain di halaman.
Ketika ia mengetuk pintu dan mengucapkan salam seperti kebiasaannya, mendadak ia terperanjat. Begitu pintu terbuka, yang tampak adalah wajah suaminya. Orang yang selama setahun hilang, tiba-tiba kembali pulang, entah dari mana, Sub-hanallah!
Bahwa sedekah bisa menolak mara bahaya, ikuti kisah-kisah ini. Suatu pagi, seorang ustads di Tangerang bersedekah kepada rekannya sesama ustadz. Menjelang sore, ustadz itu pergi ke Gunung Putri, Bogor, hendak mengajar. Di jalan tol, tiba-tiba mobilnya bertabrakan dengan mobil lain, tapi alhamdulillah ia selamat. Sang ustadz tidak heran, karena itu pasti kehendak Allah. Ia berkata dalam hati, “Mungkin karena tadi pagi saya sudah bersedekah.”
Seorang ibu selamat dari bencana tsunami di Aceh beberapa waktu lalu. Sebelum bencana, dia dan seluruh warga bergotong royong membangun masjid yang belum beratap, berpintu, dan berjendela. Ketika bencana tiba, seluruh warga selamat karena berlindung di dalam masjid yang mereka bangun.
Banyak hikmah berharga yang bisa dipetik dari kisah-kisah di muka. Kata Ustadz Yusuf Mansur, “Kalau mau rezeki dicukupkan oleh Allah, kita harus mau berbagi. Dengan jalan bersedekah. Siapa yang membutuhkan pertolongan dan kemudahan dari Allah, berbagi menjadi sebuah keharusan. Sebab, Allah akan membantu hamba-Nya jika ia mau membantu orang lain.”
Apalagi Allah juga berjanji akan mengabulkan permintaan yang keluar dari mulut orang yang tangannya rajin memberi. Sang Maha Pemurah selalu punya cara untuk melimpahkan rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki- Nya. Berkah sedekah hanya bisa dirasakan oleh orang yang bersedekah. Tapi, ia juga harus ikhlas. Akibat yang baik selalu berawal dari perbuatan baik.
Jika kita mengabaikannya, boleh jadi harta karunia Allah itu akan ditarik kembali. Kalau tidak ditarik kembali, bisa jadi pemiliknya akan kehilangan rasa menikmati. Memiliki harta berlimpah, tapi tergolek tak berdaya di tempat tidur, terkena stroke, hingga kaki dan tangan lumpuh, apa gunanya. Atau terkena penyakit gula, asam urat, kolesterol.
“Karena itu, janganlah kikir dalam bersedekah. Kekayaan yang ditimbun hanya akan menjadi beban di hari kiamat. Allah sudah memperingatkan, kekayaan yang ditimbun dengan sikap kikir akan dikalungkan di leher pemiliknya”, “Barang siapa berniat sedekah, kecepatan Allah membalasnya lebih dari gerakan sedekahnya.” (Hadist Qudsi)
Sumber : Anonim
1 komentar:
benar2 tersentuh bang...terima kasih telah berbagi
Post a Comment