Pada tahun 1949, Ketua Mao mengumumkan pembentukan Republik Rakyat Cina kepada dunia dan tanpa membuang-buang waktu ingin mengubah bangsa itu menurut visi pribadinya akan utopia komunis egaliter yang berfokus kepada para petani bukan para pekerja pabrik, dikarenakan Cina merupakan negara agraris.
Mao ingin mengubah negaranya menjadi sebuah kekuatan industri. Para petani diharuskan menyerahkan seluruh harta-benda pribadi - mulai dari sepeda sampai panci masak - pertama-tama untuk pemerataan dari desa-desa kaya kepada desa-desa miskin, kemudian untuk dilelehkan di tungku-tungku pembakaran belakang rumah. Rangkaian tungku-tungku pembakaran belakang-rumah di seluruh negeri itu diharapakan dapat mengangkat produksi baja Cina melampaui Inggris. Di beberapa wilayah, hasil panen yang bagus membusuk di ladang-ladang karena begitu banyak petani yang disuruh memproduksi baja alih-laih menuai hasil panen.
Akibatnya, para petani menjadi kurus kering, harus setengah mati mencari makanan. dapur-dapur komune hanya menyajikan bubur encer, sehingga para petani harus berburu kodok dan tikus untuk dimakan. Akhirnya mereka memakan rumput dan dedaunan, bahkan menelanjangi pohon-pohon untuk menggerogoti kulitnya.
Beberapa keluarga yang sangat kelaparan terpaksa menjalankan praktik yang disebut yi zi er shi : mereka menukar anak mereka dengan anak tetangga, kemudian membunuh dan menyantap bocah kurus itu, dengan kesadaran yang menjijikan bahwa para tetangga melahap anak mereka. Ratusan ribu petani sekarat. Di beberapa desa, seluruh keluarga binasa. Di beberapa wilayah, seluruh desa musnah.
Kebijakan-kebijakan Mao tersebut menciptakan kelaparan di seluruh negeri sehingga sekitar 30 sampai 40 juta mati kelaparan antara 1959 dan 1962.
Sukar membayangkan bahwa praktik yi zi er shi tersebut di atas pernah terjadi dan menjadi sejarah kelam di Cina jika melihat apa yang sedang terjadi di Cina saat ini. Tapi hal ini benar-benar terjadi, sebagaimana saya baca di buku "The Elephant and the Dragon - Robyn Meredith".
Tapi beruntunglah Cina memiliki seorang reformis ekonomi seperti Deng Xiaoping yang mengambil alih kemudi dari Ketua Mao. Melalui program-program yang dia jalankan maka Cina berubah menjadi kekuatan baru. Dan yang 'aneh-nya' Deng belajar bukan dari sebuah negara yang besar, tapi negara kecil.....Singapura!. Betul...Singapura...!! Tahun 1978, setelah mengunjungi Bangkok dan Kualumpur, maka Deng tiba di Singapura yang disambut sendiri oleh Lee Kuan Yew.
"Perjalanan tersebut telah membuka matanya," ucap Lee beberapa dekade setelah itu, "sebuah titik balik."
Deng yang selalu pragmatis, berusaha memajukan Cina melalui langkah-langkah yang tidak berlebihan dan berhati-hati, tidak dengan perubahan yang mendadak dan revolusioner menyeluruh seperti yang dicoba oleh Gorbachev di uni Soviet.
Deng berusaha mendorong masyarakat pedesaan untuk berani melakukan xiahai, atau "melompat ke dalam lautan bisnis." Orang Cina daratan, yang selama ini takut merangkul kapitalisme yang telah begitu lama digambarkan sebagai suatu kejahatan, berduyun-duyun membangun perusahaan.
Dan lihat-lah Cina sekarang ini...Berikut adalah beberapa fakta yang terdapat di dalam buku tersebut :
- Cina telah menjadi pembuat sepatu dunia, pengekspor satu dari setiap pasang sepatu dunia.
- Cina mengeskpor senilai 1,3 miliar dolar suku cadang kendaraan pada tahun 2001, namun mencapai hampir 9 miliar dolar hanya dalam waktu 4 tahun kemudian.
- Cina kini mengekspor dalam 1 harinya lebih daripada yang ia jual ke luar negeri selama satu tahun pada 1978.
- Pada tahun 1989, Cina hanya memiliki 270 km jalan bebas hambatan; hingga 2004, ia telah membangun 34.400 km. Sampai 2010, Cina berencana akan memiliki 64.000 km dan hingga 2020 mendekati 88.000 km, sama dengan total panjang seluruh sistem jalan raya Amerika.
- Pada tahun 1978, Shanghai hanya memiliki 15 gedung pencakar langit. Hingga 2006, sudah mencapai 3,780 dan terus bertambah, lebih banyak daripada yang ada di Chicago dan Los Angeles apabila digabungkan.
- Selama seperempat abad yang lalu, produk domestik bruto (PDB) Cina telah tumbuh rata-rata 9,6 persen per tahun, sebuah angka yang mengejutkan (bandingkan dengan ekonomi Amerika Serikat yang lebih besar dan lebih matang hanya mencapai 3 persen).
- Pada tahun 1977, Cina hanya memiliki 10 juta pelanggan telepon selular, namun 2007, telah terdapat 460 juta pengguna telepon selular - lebih dari seluruh pria, wanita, dan anak-anak di Indonesia.
- Tidak hanya dibidang ekonomi, tapi dibidang olahraga, juga sama. Masih ingat hasil Olimpiade Beijing 2008 bukan? Bagaimana Cina bisa menduduki peringkat no 1 dengan mengalahkan Amerika Serikat? klik disini.
Dalam beberapa tahun ke depan, 100 juta orang Cina, populasi yang lebih besar dibandingkan negara manapun di Eropa, akan memiliki daya beli kelas-menengah. Cina modern telah tiba.
Lalu bagaimana dengan India?
Sami mawon...Negara asal Ram Punjabi ini, juga mengalami perubahan yang rruarrr biasa. Pada saat P.V Narasimha Rao menjadi perdana menteri sekitar tahun 1991 sebulan setelah Rajiv Gandhi terbunuh, dan melantik kabinetnya, dia memilih Manmohan Singh, ekonom yang hebat, jujur dan sama sekali tidak karismatik untuk menjabat sebagai menteri keuangan. Lalu Rao memanggil para menteri untuk melakukan rapat tertutup dan meminta Singh memberitahukan kepada mereka berita buruk itu : INDIA BANGKRUT!!!
Bagaimana Rao mengatasi semua masalah besar tersebut? Bagaimana PM setelah Rao, Manmohan Singh (yang menjadi menteri keuangan pada 1991) belajar dari Cina - membangun jalan dan bandara, serta menarik investor asing untuk membawa lapangan kerja bagi orang India - dan mengakui bahwa infrastrukur adalah permasalahan terbesar mereka. Bagaimana India belajar dari kekuatan Cina, dan kemudian "membangun ekonomi mereka dengan pola mereka sendiri". Sehingga saat ini Bangalore - kota terbesar ketiga di India - tidak lagi merupakan bagian negara berkembang, tapi sudah menjelma menjadi Lembah Silikon India dan tempat tinggal para genius teknologi Amerika. Silahkan baca bukunya ya...bukan iklan nih, tapi buku ini layak dan sangat pantas untuk dibaca.
Cina dan India adalah demokrasi pasar-bebas yang berkembang pasling cepat di dunia....Cina memenangi lomba lari-cepat (sprint), sementara India akan memenangi maraton.
India dan Cina telah memenangi marathon dalam berbagai bidang, salah satunya adalah logam. Baja begitu pentingnya bagi Mao sampai dia membuat rakyatnya kelaparan ketika mencoba memproduksi baja lebih banyak dari Inggris. Sekarang setelah menanggalkan kebijakan Mao, Cina telah menghasilkan hampir empat kali lipat baja dibandingkan negara lain di dunia. Orang India, seperti Jamsetji Tata, memandang bahwa swasembada dalam baja sangat penting bagi kemampuan negara itu untuk memenangi kemerdekaan. Pada Januari 2007, Tata Steel yang pernah melemah membeli bekas British Steel. Saat ini India membuat tiga kali lipat baja dari yang dihasilkan oleh bekas tuan penjajahnya, Inggris.
PS : bukunya baru dibaca sampai bab 3, sambil ditemani secangkir kopi "O" panas di kedai kopi Kok Tong Medan Fair Plaza, yang rasanya jauuuuuhhhhh lebih nikmat dibandingkan kopi Starbuck
0 komentar:
Post a Comment