Orang Terkaya AS dan EBP (Artikel 1)

Tulisan berikut ini saya ambil tulisan dari Ninok Leksono yang dimuat di harian Kompas, Selasa 25 September 2007.  Tulisan ini sangat menarik, melihat bagaimana peluang ekonomi atau perekonomian telah berubah dari ekonomi berbasis sumber daya (resource-based economy) ke ekonomi berbasis pengetahuan (EBP) atau knowledge-based economy.

Sekitar bulan September 2007, terbitlah daftar orang terkaya Amerika versi majalah Forbes. Yang menarik dari daftar ini adalah, urutan teratas masih - untuk ke-14 tahun berturut-turut – ditempati pendiri Microsoft Corp Uncle Bill Gates, dengan harta sekitar 59 miliar dollar AS (sekitar Rp. 560 triliun). Sementara Larry Elison, pendiri dan CEO Oracle, ada di urutan ke-4 dengan kekayaan 26 miliar dollar AS.

Perubahan terjadi pada daftar 10 orang terkaya, untuk pertama kalinya tahun ini pendiri Google Incl. Sergey Brin dan Larry Page (http://budiawan-hutasoit.blogspot.com/2008/01/sergey-dan-larry-tokoh-di-balik-google.html) berhasil menyodok ke urutan ke-5. Kekayaan kedua mogul yang baru berusia 34 tahun ini membesar empat kali sejak tahun 2004 dan di tahun 2007 menjadi sekitar 18,5 miliar dollar AS, sementara nilai saham perusahaan mereka meningkat gopek (500) persen.

Di luar nama-nama di atas yang ada di dalam daftar Forbes tersebut, ada yang dari kalangan investor, ada yg dari mogul kasino (di urutan ke-2), serta ada yang berasal dari juragan (baron) minyak bersaudara. Charles dan David Koch (di urutan ke-9 dengan kekayaan ‘hanya’ 17 miliar dollar AS).

Yang cukup menggelitik adalah, tampilnya sosok-sosok yang berusaha di bidang teknologi informasi (TI), dalam hal ini Microsoft, Oracle, dan Google. Tampaknya, tampilnya orang-orang tersebut menggantikan citra lama bahwa yang bisa menjadi orang terkaya adalah mereka yang berusaha di sektor pertambangan, otomotif, atau usaha konvensional lain. Hal ini seperti menyiratkan atau membenarkan penilaian bahwa peluang ekonomi, atau perekonomian itu sendiri, telah berubah, yaitu dari ekonomi berbasis sumber daya (resource-based economy) ke ekonomi berbasis pengetahuan (EBP) atau knowledge-based economy.

Seperti yang dikatakan oleh Peter Drucker – Management Challenges for the 21st Century - : “Asset paling berharga bagi perusahaan pada abad ke-21 adalah pengetahuan dan pekerja terdidik. Pengetahuan telah menjadi modal bagi pembangunan ekonomi, menggantikan sumber daya alam yang tidak dapat menjadi andalan lantaran dapat terdepresiasi, bahkan memunculkan perusakan lingkungan yang ujungnya merugikan umat manusia”.

Dalam bukunya (mengenai daya saing, yang segera terbit), Prof Zuhal – Rektor Universitas Al Azhar – menulis, “orang kini telah menemukan kekuatan baru yang nonfisik dan selalu terbarukan, itulah yang disebut knowlodge atau ilmu pengetahuan.

Mau contoh? Bill Gates adalah salah satu contoh yang spektakuler. Uncle Bill ini bukan tuan tanah, bukan pemilik tambang minyak, atau emas, bukan industrialis, dan bukan diktator yang memiliki tentara yang sangat kuat. Untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, didapati bahwa manusia terkaya di dunia (selama 14 tahun berturut-turut), bermodalkan knowledge, dalam hal ini adalah pengetahuan tentang komputasi.

Kalaulah semua nilai logam emas yang pernah ditambang dalam sejarah umat manusia, dari zaman sebelum Mesir kuno sampai penambangan modern, seperti Freeport, termasuk berbagai cadangan negara, seperti cadangan Amerika Serikat di Fort Knox, bernilai hanya kurang dari nilai enam perusahaan komputer/TI, yakni Microsoft, Intel, IBM, Cisco, Lucent, dan Dell. Jadi, nilai perusahaan TI di atas sungguh besar dan pasti jauh lebih besar lagi kalau Google dan Oracle dimasukkan.

Bersambung ke artikel 2….

0 komentar: