Saya sempat sekolah di Tanah Abang

tanahabang

Maksudnya apa nih? Sekolah apa di Tanah Abang? SMP? SMA? Bukan..bukan itu..maksudnya sekolah dagang di Pusat Grosir Tanah Abang.

Tahun 2001 saat saya memutuskan keluar dari salah satu perusahaan pelayaran/container/shipping line NOL/APL (hmmm..bagi yang tau sih..kayaknya waktu itu bukan keluar tapi 'dikeluarkan' secara berjamaah..hehe), maka saya tertarik untuk mencoba berdagang di Tanah Abang.

Ketertarikan saya ini berawal dari rasa 'iri' (dalam artian positip), melihat teman fitness saya yang berdagang di Tanah Abang. Hampir setiap hari dia bisa tiba di tempat fitness jam 16.00 atau 17.00 sementara saya seperti orang-orang yang TDB (Tangan Di Bawah atau orang kantoran), masih menunggu jam kantor sampai jam 5 sore. Dan kalau pas hang-around maka beliau ini tidak sungkan-sungkan untuk membayar bill, kalaupun patungan maka beliau tidak keberatan 'mendapat' jatah porsi yang besar.

Maka saya coba mendekati untuk mencoba kemungkinan apakah bisa berdagang di Tanah Abang (karna biasanya di Tanah Abang, jika ada kios yang kosong, maka para pedagang yang ada di sana pasti akan memprioritaskan ke anak/saudara-saudaranya dahulu). Dari teman inilah saya mendapatkan informasi bahwa harga sewa kios di Tanah Abang cukup - kalau bisa dibilang sangat mahal - berkisar di harga 65 - 90 juta per tahun, dengan ukuran kios yang bervariasi. Tapi harga sewa ini cukup setimpal jika dibandingkan dengan omzet yang didapatkan, dimana menurut informasi teman ini, omzet dia per hari rata-rata Rp. 5 juta bahkan bisa lebih.

Ha???? 5 juta per hari???? Weleh-weleh...saya hanya geleng-geleng kepala karna hampir tidak percaya. Harap maklum aja..belum pernah dagang sih..dan omzet sebesar itu bila dibandingkan dengan salary yang saya dapatkan selama ini, seperti langit dan bumi...jauhhhhhhhhhhh....banget bedanya. Makanya walaupun harga sewa yang di atas tadi sangat mahal, tidak menyurutkan tekad saya untuk berdagang di Tanah Abang. Pada saat teman saya ini meminta izin kepada kakaknya apakah kalau ada kios kosong saya boleh mengisinya, maka secara kebetulan kakaknya mengizinkan, padahal selama ini jika yang lain tidak diizinkan (waktu itu saya belum mengenai yang namanya Law Of Attraction, jadi tidak tau kalau itu sebetulnya bukan terjadi secara kebetulan..).

Singkat cerita, maka kami mendapatkan sebuah kios yang kosong, dengan ukuran sekitar 2 x 3 meter, dengan sewa Rp. 80 juta/tahun (sewa selama 2 tahun). Perjanjian kerjasama saya dan teman saya adalah saya yang menyewa kios dan teman saya yang mengisi toko. Oya, teman saya ini sudah lama berdagang kebaya, jadi barnag yang akan jual juga adalah kebaya (kalau mau liat kebaya-kebaya seperti apa yang saya jual waktu itu, bisa lihat di Ina Collection.

Maka dimulailah perjuangan berdagang kebaya di Februari 2002 dengan menempati kios di Blok F, dengan karyawan berjumlah 2 orang. Di awal berdagang ini, sudah dimulai dengan tanda-tanda yang tidak baik (bulan Desember 2001 Jakarta dilanda banjir besar). Lalu tidak lama kemudian Pasar Tanah Abang (khususnya Blok A), terbakar!!! Walaupun toko saya tidak terbakar, tapi dampak dari kebakaran ini membuat hampir semua toko di Tanah Abang mengalami penurunan omzet. Ini berlangsung hampir 3 bulan, dimasa-masa ini, jika sudah mendapatkan uang untuk bayar gaji karyawan dan kebutuhan listrik, dll saja sudah bisa bersyukur. Omzet per hari, kadang-kadang hanya Rp. 200.000, bahkan bisa tidak 'penglaris', maksudnya NIL gitu..

Memasuki bulan Juli 2002, maka mulai ada sedikit peningkatan omzet, walaupun belum bisa dibilang bagus-bagus banget. Bulan-bulan berikutnya juga masih dengan cerita sedih...akses dari Blok A ataupun B,C, D dan E ditutup, karna lokasi di bekas kebakaran tidak boleh dilalui orang. Sungguh suatu perjuangan yang 'manis'. Omzet yang diceritakan oleh teman saya di awal tulisan ini, masih jauh panggang dari api. Memasuki akhir tahun masa sewa kios 2 tahun, maka dengan pertimbangan omzet yang ada, saya putuskan untuk menyewa kios yang lebih kecil untuk bisa menekan komponen uang sewa. Di kios yang lebih kecil ini (tetap di Blok F), omzetnya malah lebih membaik. Kadang bisa dapat Rp. 3 juta per hari, bahkan pernah Rp. 10 juta per hari. Persaingan cukup sengit, apalagi menjelang Lebaran. Bajak membajak tukang bordir sering terjadi. Tapi tetap menggunakan Blue Ocean..bukan Red Ocean..

Karna orang tua membutuhkan tenaga saya untuk mengurus kebon kelapa sawitnya di Sumut, maka kios ini saya serahkan kembali ke teman saya untuk meneruskan.

Pelajaran apakah yang saya dapat dari berdagang ini? Apakah saya merasa rugi karna sudah mengeluarkan uang ratusan juta untuk uang sewa kios sementara hasilnya tidak seimbang? Apakah saya merasa ditipu oleh teman saya, dimana dia memberi informasi yang jauh dari harapan? Tidak. Saya tidak pernah menyesal. Bagi saya ini adalah ongkos belajar. Saya bisa belajar banyak hal dari sekolah di Tanah Abang ini :

1. Sabar
Ya..saya belajar banyak mengenai kesabaran. Dalam segala hal. Sabar menunggu kapan penglaris..sabar dalam menghadapi pembeli, sabar dalam menghadapi pola pikir 'rakyat' Tanah Abang, dll

2. Tidak boleh Iri Hati
Betul...jangan iri hati. Kalau kita iri hati, maka bisa-bisa nurani kita akan tertutup dan bisa-bisa mengambil langkah yang bertentangan dengan agama. Bagaiman tidak...coba bayangkan...sudah seharian kita menunggu pembeli (bahkan untuk penglaris..pecah telor), tapi tidak kunjung datang (jadi tetuko gitu..sing tuku ora teko2, sing teko ora tuku2), sementara toko di depan, ataupun disamping kita, sedang 'nge-bal' (sedang memasukkan kebaya ke dalam karung untuk dikirim, artinya ada yang beli lebih dari 1 kodi). Kita hanya bisa menonton sambil cengengesan..

3. Percaya bahwa rezeki ada yang mengatur, menyambung point no. 2, maka saya belajar bahwa rezeki itu ada yang mengatatur. Kalau hari ini, belum ada yang belanja, sementara toko yang lainnya sedang 'nge-bal, maka percayalah besok pasti giliran toko kami.

4. Menjaga nama baik, pada umumnya, pembayaran ke pihak supplier bahan ataupun ke tukang bordir dengan menggunakan giro 1 sampai dengan 3 bulan. Di awal-awal saya berdagang, maka saya hanya bisa mendapatkan kelonggaran pembayaran dari pihak supplier selama 1 bulan. Dan saya sangat menjaga kepercayaan ini dengan tidak memberikan giro bodong, sehingga akhirnya saya bisa memberikan giro dengan masa jatuh tempo 3 bulan. Satu hal yang juga perlu dicatat dalam hal pembayaran giro ini adalah, kita harus berani berterus terang kepada pihak supplier kalau di tanggal jatuh tempo kita belum memiliki dana, maka lebih baik kita beritahukan supaya giro jangan dikliring, daripada kita diamkan tapi ternyata giro kita kosong. Para supplier/pedagang yang lain bisa mengerti dan menerima kondisi ini. Sekali kita 'berbohong' maka nama kita akan tersebar ke segala penjuru Tanah Abang, sehingga efeknya akan tidak baik, karna banyak supplier akan tidak mau menerima giro atas nama kita.

5. Tidak boleh gengsi
Kenapa saya bilang begitu? terus terang pendidikan saya adalah Sarjana, dan jika dilihat dari latar belakang ini, maka gengsi rasanya nge-bal bahkan memanggul karung. Tapi rasa ini harus dibuang..tidak ada urusan gelar sarjana dengan panggul memanggul karung..hahaha

6. Ikhlas
Ya...jika hari ini toko kita belum ada penglaris, demikian juga ke-esokan harinya..maka tiba saatnya untuk ikhlas..serahkan sama Tuhan. Dia tau yang terbaik...Kita bukan apa-apa tanpa Dia..Percaya bahwa Dia adalah Sumber Segala Sumber yang tidak pernah kering dan tidak pernah mengecewakan.
Jadi ongkos sekolah ini cukup mahal, tapi saya tidak pernah menyesal..Saya banyak belajar di Pasar Tanah Abang, saya banyak belajar tentang kehidupan di Tanah Abang dimana saya tidak dapatkan di bangku kuliah.

Image source : syahrilkadir.wordpress.com

27 komentar:

Miss G said...

Luarbiasa pak! Salut!

Tapi ini cukup menggelitik niy:

Saya banyak belajar di Pasar Tanah Abang, saya banyak belajar tentang kehidupan di Tanah Abang dimana saya tidak dapatkan di bangku kuliah.

Betul banget ya, bnyk pengalaman2 yg tidak di dapatkan di bangku kuliah atau melalui teori2 tapi harus langsung terjun praktek dalam dunia nyata.

Cuma... pak Budi mmg ga mungkinlah dapat pelajaran2 dagang kyk org2 yg kuliah bisnis or marketing, wong kuliahnya perikanan IPB kok, gimane siy??

Hahahahaaaaaa!!!!

~^_^~

Adik saya juga jebolan IPB tuh pak, tapi dia angkatan 91, kehutanan siy..

bisnisway said...

memang lebih banyak ilmu dijalan dibanding disekolah. salam merdeka!

Anonymous said...

Pencerahan yang kuar biasa sekali, pengalaman hidup yang mendasari perjalanan ke depan.....salut pak.
ternyata untuk maju dan berubah, Kita memerlukan stamina, Dan bahwa stamina Kita akan kuat dan bertahan, hanya jika memenuhi dua kondisi:Bersyukur jika berhasil & Bersabar jika belum berhasil.
Sukses selalu pak......

Anonymous said...

oohh..teRnyata mas budi ini peRnah jualan juga tho...
^_^

nita setuju bnget tuh pas bilang kl rejeki tuh udah da yang ngatuR...
sepRti yg biasa ibu nita blg, usaha sich boleh ja niRu...
tp soal rejeki, Tuhan yang nentuin...
^_^

teyus cemangat yach...
^_^

Anonymous said...

betul bang ... sekolah paling luar biasa adalah dari belajar di kehidupan real. Bunda juga ngalami ko' buka grosiran sembako dan sekarang udah tutup ... juga gara2 yg ditugasi ngga amanah...
sekarang balik lagi jadi kuli nulis.. btw IPB tahun berapa lulus? my hubby juga dr IPB (statistik) dan ayahku juga dr IPB (hortikultur)..

Anonymous said...

Amazing article sob...saluuuttt.
Aku sangat respek dengan orang2 seperti anda, yang mau berbagi pengalaman dan nasehat yang berharga.
Semoga rejekimu lancar teruss yaa...

Cheers, frizzy.
Blogger yg kepingin maju seperti om BudHut

Anonymous said...

wah mas.pengalaman yang berharga aku akn pratekan dalam hidupku ini.

thanks

Anonymous said...

pelajaran yg sangat berharga,
tukul bilang kristalisasi keringat
hehhhehheh

ayuzuricha said...

Mereka yang memberi banyak akan memperoleh banyak, baik secara emosional, fisik, mental dan spiritual kalimat pembuka di atas emang bang budi banget dah ;) perjuangannya emang patut ditiru :)

Anonymous said...

pengalaman yang tak terlupakan ya :)

salut deh mas :)

Vivi Renissa said...

Untuk berwirausaha, harus sanggup menanggung apapun resikonya. Pengalaman, memang pelajaran yg paling berharga.

Anonymous said...

The best teacher is the experience ...

Anonymous said...

menarik sekali cerita bpk ini...
patut di contoh nih :)

Unknown said...

hebat..bang Budi bisa ambil pelajaran dari sana. Tapi...mahal sekali ya..5 juta per hari? gila benerrr.....

Anonymous said...

artikel yang bagus

Anonymous said...

Mas Budi, memang selalu ada yg bisa kita pelajari dari setiap pengalaman. Terutama pengalaman bisnis sendiri. Sy pernah membuka rental buku dan DVD (bajakan) selama 1,5 thn. Meski akhirnya hrs tutup (krn ga tentrem tiap minggu hrs sembunyi2 pas kulakan DVD), tp sy tetap dapat banyak hikmah, dan jadi tau bgmana sih bisnis sendiri itu. Tetap sukses yah, whatever you are working now!

Anonymous said...

Wah saya merasa terinspirasi atas postingannya dan semakin dikuatkan..
Terima kasih ya Bang
Salam kenal dari Surabaya

Anonymous said...

seep lah bang.. setuju.. soale aku juga ngalamin hal yg kurang lebih sama waktu buka depot dulu, parkiran di depan depot sih rame.. tapi yg mampir seepiii (nah lho emang pada kemana semua..?) hi..hi.. akhirnya jalan 2 taun dilikuidasi deh tuh depot..hiks..hiks..
oke deh pelajarannya bang, dibuka dengan sabar ditutup dengan ikhlas.. cuman mungkin juga perlu dibarengi dengan 'kerja keras' dan 'kerja pintar'(kreatif) kali ya..
tengkyu de bang, sukses n semangat terus..:)

Ikhsan Abu Disa said...

wah ternyata pak budi orang retail juga

Linda said...

wah salut ya buat abangku satu ini...
'Tidak boleh gengsi'
kl kita gengsi bang gak akan maju..
saluuuuuutttttttttttt.........

Anonymous said...

waahhh bener bang,... emang kita makan gengsi he he hee...

Anonymous said...

Ternyata bang budi punya pengalaman yg luar biasa ya. salut! banyak mendapatkan pencerahan setelah membaca tulisan ini.

mungkin bisa juga ceritakan suka duka mengelola kebon sawit bang. apakah terkena dampak krisis jg.

kalo dulu saya tau persis bang penghasilan dari kebon sawit...luar biasa :)

Papa Zakiyya said...

Sukses berjalan dari satu kegagalan ke kegagalan yang lain, tanpa kita kehilangan semangat (Abraham Lincoln)

Bravo sob, anda telah membuktikannya...

Anonymous said...

sekolah jualan ya......

Hellen Werinusa said...

Jadi pelajaran yang sangat berharga mas...
Luar biasa.
Oh iya saya sangat sangat sangat setuju dengan point 3. "percaya bahwa rezeki ada yang mengatur"
Makasih ya mas.. *balik sambil merenungkan*

~smile4u~

Anonymous said...

Bersabar dalam cobaan, bersyukur dalam kejayaan. Sikap itu yang harus kita pegang dalam kondisi apa pun setiap harinya.

Anonymous said...

pembelajaran yang sangat baik adalah langsung praktek di lapangan, bukan didapat di bangku kuliah