Sepucuk email nyelonong masuk ke inbox saya, dari sahabat lama semasa kami masih kerja di perusahaan NOL/APL-Jakarta. Isinya menanyakan apakah masih di Medan atau tidak. Jika ia, maka ia minta untuk support istrinya yang kebetulan jadi Caleg DPR RI Dapil Sumut 1. Wah saya langsung ingat, bahwa tahun ini Indonesia akan menyelenggarakan pesta demokrasi 5 tahunan yaitu Pemilihan Umum atawa Pemilu. Berarti tahun ini akan banyak 'angin surga' yang beterbangan dari Sabang hingga Papua. Akan-kah 'angin surga' ini masih menjadi daya pemikat bagi para pemilih untuk ikut Pemilu atau bahkan Golput yang akan menjadi jawara?
Golput? ia Golongan Putih.
Fenomena golput menjadi menarik, karna di Pemilu 2004 jumlah golput sebanyak 34,5 juta, sedangkan di Pemilu 1999 'hanya' 12.3 juta. Satu angka kenaikan yang sangat tajam. 'Kemenangan' golput ini juga terjadi di Pilkada Sumut dan Jatim dan di sejumlah daerah lainnya. Menurut survey LSI jumlah Golput di Jatim sebesar 40%. Cukup besar.
Apakah karena adanya peningkatan angka golput ini dan adanya indikasi/kecenderungan angka golput juga semakin meningkat di Pemilu 2009 sehingga baru-baru ini MUI sampai mengeluarkan fatwa bahwa golput adalah haram? Saya tidak tau dan kurang paham soal fatwa MUI ini.
Tapi kenapa ya orang memilih menjadi golput. Ada beberapa alasan. Bisa jadi karena urusan teknis, misalnya masalah admistrasi baik yang tidak disengaja maupun yang disengaja yang menyebabkan banyak pemilih yang tidak terdaftar.
Lainnya adalah masalah non-teknis. Masyakarat menjadi apatis terhadap siapa yang akan dipilihnya. Karna masyarakat melihat banyak dari pemimpin dan anggota legislatif yang tidak menjadi wakil mereka. Bahkan sibuk dengan urusan partainya dan dirinya sendiri. Banyak yang terseret kasus korupsi. Sering kita baca di media cetak, bahwa Senayan sudah menjadi show room mobil mewah dari anggota legislatif yang terhormat. Banyak yang tidak memberikan teladan. Sering bolos pada saat sidang. Kalaupun ikut sidang...molor...hehe. Padahal mereka sudah digaji gede, dimanja dengan berbagai fasilitas, yang semuanya dari rakyat. Sering melakukan studi banding yang kelihatannya hanya kamuflase untuk menghabiskan anggaran. Studi banding koq bawa istri, aa, teteh, tante, om, paman, pak RT...supir-pun kalo perlu dibawa..hehe. Kelakuan mereka ini melukai hati rakyat yang sudah memilih.
Coba lihat pada saat kampanye. Sampe berbusa dan bahkan ludah muncrat kemana-kemana mereka mengobral 'angin surga'. Pilihlah aku, kata si anu, karna kalo aku terpilih maka aku akan bikin sekolah gratis. Gratis mbah-mu.. Coba lihat banner yang sekarang ini tertempel di pohon, tembok, bajaj, angkot, beca (kalo bisa nempel di jidat) seantero Indonesia. Semua berusaha menjadi kecap nomor satu. Rame pisan..
Yang lucunya ya para caleg tahun ini seperti kebakaran jenggot. Kalau dulu mereka yang sudah dapat nomor peci tinggal tenang-tenang aja dan pasti melangkah ke Senayan. Eh, tahun ini hitungannya bukan berdasarkan nomor peci atau nomor sepatu tapi berdasarkan suara terbanyak. Bisa dibayangkan misalnya caleg yang dicalonkan di satu daerah tapi malah tidak pernah ke daerah tersebut dan bahkan nama dan tampangnya aja tidak dikenal di daerah tersebut, maka siap-siaplah tidak mendapat suara. Atau kalau mau mendapatkan suara harus mengeluarkan 'gizi' yang lebih banyak untuk kampanye dan pasang iklan.
Dalam bisnis ada dinamakan 4 P dan salah satu dari unsur 4 P adalah Produk. Maka jika kita ingin pembeli/pelanggan kita banyak maka kita wajib mem-produksi satu produk yang bagus. Jika produk kita bagus pasti pembeli akan datang dengan sendirinya. Tapi kalau produk kita butut atau abal-abal, jangan heran pembeli menjauh.
Sama halnya dengan pemilu. Berikan-lah produk (caleg) yang berkualitas, tidak om-do, berpihak kepada rakyat (bukan partai), jujur (mudah-mudahan masih ada), pasti pembeli (rakyat) akan datang berbondong-bondong untuk membeli (memilih). Tidak perlulah sampai mengeluarkan fatwa golput itu haram. Rakyat sekarang sudah pintar dan tidak gampang lagi untuk dibodoh-bodohin. Mereka tidak mau lagi terlena dengan 'angin surga'. Mereka melihat bukti bukan janji. Mudah-mudahan tahun ini para caleg-nya berkulitas semua, sehingga jumlah golput tidak meningkat.
Lalu bagaimana dengan saya? Hehe..saya kurang lebih sama dengan Danny Sinaga kekasihnya Ernita (Nita), yang baru ikut Pemilu sekali. Ya, betul sekali. Tahun 2004. Jangan tanya di era Suharto. Saya ngga pernah ikut dagelan pemilu (wong ikut milih ato ngga ikut milih, kita udah tau pemenangnya..dimana serunya? hehe). Bagaimana tahun ini, apakah saya akan ikut Pemilu atau tidak? Maybe..Kita lihat aja nanti.
Vox Populi Vox Dei
image source:robbynovricanus.wordpress.com